Presisi News
No Result
View All Result
20 Mei 2025 | 11:00 WIB
  • NEWS
  • DAERAH
  • REGIONAL
  • NASIONAL
  • DUNIA
  • PERISTIWA
  • POLITIK
  • HUKUM
  • BUDAYA
  • PENDIDIKAN
  • WISATA
  • RUANG KREASI
  • OPINI
  • NEWS
  • DAERAH
  • REGIONAL
  • NASIONAL
  • DUNIA
  • PERISTIWA
  • POLITIK
  • HUKUM
  • BUDAYA
  • PENDIDIKAN
  • WISATA
  • RUANG KREASI
  • OPINI
No Result
View All Result
Presisi News
No Result
View All Result
  • NEWS
  • DAERAH
  • REGIONAL
  • NASIONAL
  • DUNIA
  • PERISTIWA
  • POLITIK
  • HUKUM
  • BUDAYA
  • PENDIDIKAN
  • WISATA
  • RUANG KREASI
  • OPINI
Home Opini
Tafsir Surga yang Membunuh Rasa Kemanusiaan

Ilustrasi keragaman umat beragama. (Sumber: Kemenag.go.id)

Tafsir Surga yang Membunuh Rasa Kemanusiaan

by Presisinews.com
16 Mei 2022 | 18:42 WIB
in Opini, Ruang Kreasi
A A
46
SHARES
57
VIEWS

Oleh: Candra Malau 

“Jika untuk masuk surga saya harus membenci penganut agama lain, saya menolak menginjakkan kaki di surga.”

Demikian sederet kalimat yang dilontarkan oleh seorang pujangga India, Rabindranath Tagore. Kata-kata ini sangat menggugah hati.

Penulis sendiri tidak banyak tahu tentang dia dan berbagai karyanya. Yang penulis tahu lewat pencarian data dengan cara sederhana, ia adalah seorang penyair di India yang pernah meraih nobel dalam bidang sastra.

Terlepas dari siapa pun dia, yang pasti kalimat sarat makna yang diutarakannya sangat berkesan dan mengandung pesan moral tak ternilai, khususnya untuk bidang kemanusiaan. Sebuah cara berpikir yang bebas, tidak terjebak dalam batas doktrin tertentu, membuka diri terhadap semua golongan, dan menghargai semua perbedaan termasuk pendapat yang ada di dalamnya.

Demikianlah kira-kira secuil dari selaksa makna dalam kalimat fenomenal yang pernah terlontar dari seorang anak manusia bernama Rabindranath tersebut. Ada penolakan terhadap pengkultusan sebuah doktrin—terlebih pengkultusan dimaksud mengoyak sisi kemanusiaannya.

Sebagai manusia yang serba kekurangan, penulis mencoba untuk menuangkan pemikiran terhadap salah satu persoalan yang pernah terjadi dan (mungkin) juga belum tuntas di Indonesia, yakni persolan intoleransi. Ya, suatu persoalan yang senantiasa beririsan pada ketidaksiapan menerima perbedaan; penolakan dari satu kelompok terhadap kelompok yang lain.

Penolakan dimaksud antara lain bisa terhadap kebudayaan, ajaran-ajaran, agama, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kebiasaan internal kelompok tertentu. Kondisi seperti ini beberapa kali terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Tentu saja, masalah yang paling akut adalah intoleransi antar-umat beragama.

Dalam perspektif penulis sendiri, intoleransi antar umat beragama ini pada dasarnya hanya dipicu oleh satu faktor, yakni tafsir yang keliru terhadap ajaran dalam agama masing-masing. Penafsiran yang keliru ini akhirnya melahirkan ego-sektoral; mengklaim diri sebagai kelompok yang paling benar.

Ajaran-ajaran dimaksud, sebagaimana lazimnya dalam setiap agama, antara lain menyangkut panutan hidup sebagai pedoman cara berperilaku, maupun cara menjalankan ritualistik-formal ibadah keagamaan.

Tujuannya tak lain adalah supaya tercipta kedamaian di tengah umat manusia dan memperoleh hidup yang kekal sesudah kematian raga—suatu narasi (umum) yang fundamen dan senantiasa dipercayai dalam agama.

Dalam tataran etimologis, secara harfiah agama memiliki arti ‘tidak kacau’. Artinya, agama itu dibuat supaya kehidupan manusia tidak kacau balau dan saling menghargai satu sama lain.

Namun ironinya, terkadang justru yang melahirkan “kekacau-balauan” itu adalah (tafsir) agama itu sendiri. Artinya, esensi dari agama itu sendiri sirna dalam kondisi ini.

Buah yang dihasilkan dari tafsir yang keliru itu secara garis besar, yaitu pemikiran bahwa ajaran yang dipahaminyalah yang tepat sebagai pedoman hidup, yang disukai oleh sang pencipta, dan jalan yang benar untuk menuju surga.

Terlebih mengenai narasi menuju surga (ya, surga saudara–saudara!). Sebuah tempat yang katanya menjadi tujuan akhir bagi orang yang percaya adanya kehidupan setelah kematian.

Namun, untuk menuju ke sana, harus ada syarat-syarat tertentu. Soal syarat inilah yang sering menjadi pemicu pergesekan antar umat beragama.

Masing-masing mengklaim bahwa untuk ke sana; harus melalui ini, tidak boleh begitu, yang boleh itu begini, tidak boleh makan itu, yang boleh itu makan ini, tidak boleh lewat situ, yang benar itu lewat sini, berkawan sama itu salah, yang benar berkawan dengan ini, surga itu di sini bukan di situ. Demikianlah kira-kira sejumlah klaimnya.

Alhasil, orang yang percaya terhadap ajaran dengan tafsir yang keliru tersebut, terjebak dalam batas-batas pengkultusan doktrin tertentu. Sehingga menganggap yang tidak sepemahaman dengan dia adalah salah. Lama-kelamaan, orang-orang seperti ini akan menganggap yang lain adalah musuh yang perlu dihabisi.

Apa yang menjadi dampak dari semua ini? Terjadi perselisihan antar umat beragama. Bukan hanya perselisihan dalam hal pendapat. Lebih dari itu, terjadi bunuh-membunuh, bakar-membakar, dan bentuk-bentuk kekerasan lainnya.

Apa yang luput dari sana? Sisi kemanusiaan kita menjadi gelap gulita. Tidak ada lagi kesadaran bahwa manusia itu adalah mahluk yang saling membutuhkan satu sama lain.

Kondisi seperti ini jelas-jelas menyimpang dari cita-cita semua agama. Tak ada agama yang mengajarkan untuk melakukan kekerasan, pembunuhan, dan permusuhan.

Suatu waktu , penulis berdebat ringan dengan beberapa orang dari komunitas tertentu. Mereka datang dengan misi mengabarkan firman dan membuat penafsiran terhadap apa yang diutarakannya.

Dari pembicaraan salah seorang anggota komunitas tersebut, penulis menyimak bahwa dia seolah-olah mampu menafsirkan pemikiran sang pencipta. Penafsiran dimaksud adalah mengenai siapa yang masuk dan tidak masuk surga.

Dalam hal ini penulis memberi sanggahan bahwa urusan memasukkan atau tidak memasukkan orang ke surga—bagi yang memercayai hal seperti ini, adalah kuasa Ilahi. Bukan urusan manusia. Tugas manusia sebagai bagian kecil dari mahluk ciptaan-Nya adalah menjalankan perintah-Nya.

Mengasihi dan saling menghargai sesama manusia adalah hal yang paling utama dari inti ajaran setiap agama. Entah agama apa pun itu. Nilai tertinggi dari sini adalah rasa kemanusiaan.

Sebab, mengasihi ciptaan-Nya berarti kita menghargai penciptanya. Jika kita sesama manusia tidak saling menghargai, adalah sama artinya bahwa kita tidak menghargai sang pencipta.

Ada kata bijak yang berbunyi: “Kita memang tidak bersaudara dalam keagamaan, tapi kita bersaudara dalam kemanusiaan.” Kalimat ini dalam pandangan penulis punya kaitan dengan apa yang diuatarakan oleh Rabindranath Tagore: “Jika untuk masuk surga, saya harus membenci penganut agama lain, saya menolak menginjakkan kaki di surga.”

*Tulisan ini sebelumnya sudah pernah diterbitkan di Qureta.com.

 

Share18Tweet12SendShare

Related Posts

“Kita di Tengah Badai Politik”

“Kita di Tengah Badai Politik”

by Presisinews.com
26 September 2024 | 17:31 WIB

Penulis : Pdt Rawalfen Saragih Pada masa menjelang *Pilkada* songon sonari on, suasana di sekitar kita sering berubah menjadi ajang...

Membedah Kelompok Masyarakat Indonesia Dengan Cara Berpikir Pemerintah

Membedah Kelompok Masyarakat Indonesia Dengan Cara Berpikir Pemerintah

by Presisinews.com
26 September 2024 | 17:08 WIB

  (Sebuah Tulisan soal Ekonomi yang Ringan dan Santai) Oleh: M. Misbakhun Pemerintah membagi kelompok masyarakat Indonesia dalam 10 kelompok...

Ketua Umum SEMMI Apresiasi Polri atas Keberhasilan Ciptakan Keamanan dalam Pengawalan Putusan MK

Ketua Umum SEMMI Apresiasi Polri atas Keberhasilan Ciptakan Keamanan dalam Pengawalan Putusan MK

by Presisinews.com
31 Agustus 2024 | 01:46 WIB

PB SEMMI MP Wahanainfo | Jakarta, Ketua Umum Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI), Bobby Kurniawan, menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada...

PB Semmi MP

PB SEMMI MP REVISI UU PILKADA MENCIDRAI DEMOKRASI INDONESIA

by Presisinews.com
22 Agustus 2024 | 19:11 WIB

Ketua Umum PB Semmi MP berserta jajaran pengurus. Wahanainfo| Jakarta,Pengurus Besar Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (PB SEMMI MP) menyoroti terkait...

SUMUT BERGERAK- INDONESIA DARURAT DEMOKRASI

SUMUT BERGERAK- INDONESIA DARURAT DEMOKRASI

by Presisinews.com
21 Agustus 2024 | 19:28 WIB

Wahanainfo | Medan ,Indonesia saat ini berada di ambang darurat demokrasi. Kami melihat adanya indikasi kuat bahwa proses demokrasi di...

PB Semmi MP

Bobby Kurniawan, Ketum PB SEMMI MP “RUU POLRI – Memperkuat Cita Cita Reformasi untuk Penguatan Sistem Demokrasi”

by Presisinews.com
28 Juli 2024 | 22:08 WIB

Ketua Umum PB Semmi MP berserta jajaran pengurus. Wahanainfo | Jakarta, Keputusan DPR RI yang menyetujui revisi Undang-Undang tentang Perubahan...

Berita Terbaru

News

JAMAN dan GEMAPSI Akan Gelar Aksi Demo Menolak Pembangunan Jalan Tol di Kabupaten Simalungun

16 Februari 2025 | 16:53 WIB
Daerah

Demo Tuntut Turunkan Pangulu Bosar Nauli Kabupaten Simalungun Buntut Sikap Arogan dan Dugaan Korupsi Dana Desa

28 Desember 2024 | 10:37 WIB
News

Misa Malam Natal Menkopolkam-Kapolri Sambangi Gereja Katedral Jakarta

25 Desember 2024 | 07:17 WIB
Nasional

Sat Reskrim Polrestabes Bandung Gerebek Sebuah Rumah di Komplek Muara Gembong Regency, Yang Digunakan Sebagai Praktek Promosi Judi Online

22 November 2024 | 18:01 WIB
Pemilu

Pelajar Kecamatan Raya Deklarasi Tolak Politik Uang

21 November 2024 | 16:27 WIB
Nasional

Sukseskan Pilkada 2024, Kapolri dan Panglima TNI Ikuti Doa Bersama Lintas Agama

20 November 2024 | 07:44 WIB
Nasional

Bareskrim Polri Sita Aset Milyaran Terkait Judol

13 November 2024 | 06:38 WIB
Pemilu

FGD Bawaslu Sumut: Mengawal Demokrasi dengan Menjalin Kerjasama dengan Semua Elemen

2 November 2024 | 17:03 WIB
Nasional

Kapolri Dapat Gelar Panglima Gagah Pasukan Polis Dari Kerajaan Malaysia

31 Oktober 2024 | 04:04 WIB
News

Heboh! Repdem Sumut Tuding Pj Gubsu Tak Netral, Diduga Berpihak ke Bobby Nasution

25 Oktober 2024 | 14:07 WIB
Daerah

Kunjungan Edy Rahmayadi Di Siantar Simalungun Bersama JAMAN Disambut Antusias Masyarakat

20 Oktober 2024 | 13:47 WIB
Kriminal

Amankan Dua Terduga Pengedar, Polisi Sita Barang Bukti 34,96 Gram Sabu

15 Oktober 2024 | 13:11 WIB
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Policy
  • Terms

© 2021-2024 Wahanainfo.com

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • NEWS
  • DAERAH
  • REGIONAL
  • NASIONAL
  • DUNIA
  • PERISTIWA
  • POLITIK
  • HUKUM
  • BUDAYA
  • PENDIDIKAN
  • WISATA
  • RUANG KREASI
  • OPINI

© 2021-2024 Wahanainfo.com

rotasi barak berita hari ini danau toba