WAHANAINFO.COM – Nagur terakhir berhasil mempertahankan dirinya jauh ke pedalaman Sumatera Timur setelah serbuan Aceh dan Melayu mendesak mereka hingga ke Nagur Raja (Nagaraja) dimana wilayah Nagur kemudian pecah menjadi empat. (
Oleh: Pdt. Juandaha Raya Purba Dasuha, STh
Nagur adalah kerajaan yang pertama muncul di Simalungun. Wilayahnya meliputi dataran timur Sumatera meliputi wilayah perbatasan Aceh hingga Batangiou di selatan (Tideman, 1922).
Nagur terakhir berhasil mempertahankan dirinya jauh ke pedalaman Sumatera Timur setelah serbuan Aceh dan Melayu mendesak mereka hingga ke Nagur Raja (Nagaraja).
Wilayah Nagur kemudian pecah menjadi empat : Silou, Panei, Si Antar dan Si Tonggang yang meskipun masing-masing merdeka masih berkaitan erat karena kekerabatan Puang Bolon (permaisuri utama penerus raja) (Tideman, 1922:35).
Sampai zaman Tuan Rondahaim di abad ke 19, kekuasaan Nagur masih ada di Nagur Raja (Padang Bedagai). Sekitar tahun 1870, Rondahaim menyerang kerajaan ini dan menaklukkannya atas permintaan mertuanya penguasa Bajalinggei sepupu Raja Panei.
Tuan Nagaraja adalah Boru pada Kerajaan Raya di mana Puteri raja Raya adalah Puang Bolon di Nagaraja. Terakhir Panakboru Bajalinggei menjadi Puang Bolon di Nagaraja hingga revolusi sosial (J. Wismar Saragih, 1937).
Buku Jahutar Damanik (1987) mengklaim Kerajaan Siantar pewaris Nagur tetapi belum ada ditemukan dukungan data yang kuat dari arsip.
Damanik penguasa Siantar adalah PARTIGATIGA SIPUNJUNG asal Siantar Matio negeri kekuasaan Si Tanggang.
Budaya Simalungun yang ada di Siantar boleh jadi berasal dari penguasa Siantar sebelumnya Lontung Sinaga dan Raja Si Tanggang. Raja ini kalah berjudi sabung ayam melawan PARTIGATIGA SIPUNJUNG yang kemudian mendirikan Kerajaan Siantar.
Dan sebelumnya menikahi Puteri Tuan Silampuyang Boru Saragih yang saat itu masih merdeka yang mempertaruhkan Silampuyang wilayah mertuanya.
Wilayah Si Tanggang ini awalnya adalah kekuasan Tuan Batangiou marga Sinaga yang sejaman dengan Nagur. Setelah raja ini kalah, Si Tanggang melarikan diri ke Tanah Jawa dan kembali dikalahkan Muha Raja Sinaga pendiri Kerajaan Tanah Jawa, masih sepupu Raja Batangiou (Tideman, 1922:57).
Sampai sekarang masih terdapat Buttu Parbijaan Si Tanggang di Pamatang Tanah Jawa bekas tempat persunpahan Raja Si Tanggang dan Muha Raja dan makam-makam leluhur Raja Tanah Jawa di Parsimagodan di dekat bekas istana lama Raja Tanah Jawa.
Sampai sekarang, di sekitar Tinokkah dan Nagaraja masih terdapat peninggalan bersejarah berupa makam-makam kuno, bekas perkampungan tua dan marga Damanik Nagur yang masih bangga merujuk leluhurnya Raja Nagur yang pernah berjaya di Sumatra Timur di masa silam.
Mereka kukuh beradat budaya dan bahasa peninggalan Nagur peletak kebudayaan Simalungun saat ini.
Damanik turunan Nagur ini terbagi atas: Nagur/Rappogos/Malayu, Bayu, Usang, Hajangan, Sola /Chola.
Bagian terakhir ini konon adalah bekas prajurit asal Kerajaan Chola dari India yang pernah menyerang Sumatra abad ke 11 dan diadopsi Damanik menjadi bagian keluarga mereka.
Sampai sekarang masih terdapat marga Damanik Sola ini di daerah Nagaraja, Raya Kahean, Raya, Silou Kahean dan Panombeian Panei. (***)